• Thu. May 8th, 2025

Jatuh Cinta Bikin Deg-degan? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Jatuh Cinta Bikin Deg-degan Ini Penjelasan Ilmiahnya
Spread the love

Jatuh cinta sering kali digambarkan sebagai perasaan yang membuncah di dada, membuat jantung berdegup lebih kencang, telapak tangan berkeringat, bahkan membuat kita kehilangan kata-kata saat melihat orang yang kita sukai. Tapi, apakah semua itu hanya sekadar perasaan? Ternyata, ilmu pengetahuan punya jawaban menarik tentang fenomena ini.

1. Aktivasi Otak Saat Jatuh Cinta Terjadi

Saat seorang individu merasakan cinta, otaknya menunjukkan peningkatan aktivitas yang berarti di beberapa area tertentu, terutama yang berhubungan dengan motivasi, penghargaan, dan kebahagiaan. Studi neurobiologi menunjukkan bahwa bagian otak yang bernama ventral tegmental area (VTA) menjadi sangat aktif saat kita melihat atau memikirkan orang yang kita cintai.

VTA merupakan pusat produksi dopamin—zat kimia yang menciptakan rasa senang, motivasi, dan kepuasan. Ketika kita mengalami jatuh cinta, maka otak akan memproduksi dopamin dalam jumlah yang banyak pada tubuh kita, sehingga membuat kita merasa senang, bersemangat, dan penuh energi sekali. Rasa deg-degan yang sering dirasakan sebenarnya adalah efek dari sistem penghargaan otak yang sedang bekerja keras.

Fenomena ini menjelaskan mengapa kita bisa sangat bersemangat saat akan bertemu si dia, bahkan sampai susah tidur atau kehilangan nafsu makan. Semua ini adalah respons otak terhadap stimulus emosional yang sangat kuat, dan itu nyata, bukan sekadar perasaan biasa.

2. Reaksi Tubuh Saat Jatuh Cinta: Adrenalin Bekerja Cepat

Selain dopamin, saat jatuh cinta tubuh kita juga melepaskan adrenalin—hormon yang biasa dilepaskan dalam kondisi stres atau menghadapi tantangan. Adrenalin mempercepat detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan aliran darah ke otot-otot utama. Namun dalam konteks cinta, adrenalin justru hadir karena tubuh menganggap pertemuan dengan orang yang disukai sebagai momen penuh ketegangan. Deg-degan, telapak tangan berkeringat, dan dada yang berdebar-debar adalah bukti bahwa tubuh sedang “siaga penuh.”

Hal ini juga diperkuat oleh pelepasan norepinefrin, senyawa kimia yang membantu fokus dan perhatian kita tertuju pada satu hal: orang yang kita cintai. Kita jadi sering memikirkan dia, memperhatikan gerak-geriknya, dan sulit untuk fokus pada hal lain. Jadi, jatuh cinta secara ilmiah benar-benar mengubah cara tubuh kita berfungsi.

3. Hormon Oksitosin: Lem yang Mengikat Emosi

Tidak hanya dopamin dan adrenalin, jatuh cinta juga ditandai dengan peningkatan hormon oksitosin, yang sering disebut sebagai “hormon cinta.” Oksitosin dilepaskan saat kita melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan, berpelukan, atau mencium.

Hormon ini memperkuat ikatan emosional dan rasa percaya terhadap pasangan. Dalam hubungan jangka panjang, oksitosin berperan penting dalam menciptakan kedekatan emosional yang mendalam. Tidak heran jika kita merasa nyaman dan tenang saat berada di dekat orang yang kita cintai.

Pada saat yang sama, hormon ini juga membuat kita menjadi lebih loyal dan cenderung ingin melindungi pasangan. Bahkan dalam banyak kasus, oksitosin mampu mengurangi stres dan rasa cemas, membuat kita merasa lebih aman secara psikologis.

4. Cinta: Antara Ilusi dan Kenyataan

Meski begitu, para ilmuwan juga memperingatkan bahwa jatuh cinta bisa membuat seseorang “tidak rasional.” Saat otak dibanjiri dopamin dan hormon lainnya, bagian otak yang bertanggung jawab untuk logika dan penilaian (prefrontal cortex) justru mengalami penurunan aktivitas. Inilah mengapa orang yang sedang jatuh cinta cenderung melihat pasangan dengan cara yang sangat ideal.

Kita cenderung mengabaikan kekurangan, mengagung-agungkan kelebihan, dan bahkan membuat keputusan yang terburu-buru karena perasaan cinta. Hal ini juga menjelaskan mengapa cinta kadang membuat seseorang menjadi “buta” terhadap kenyataan.

Namun, seiring berjalannya waktu, otak mulai menyesuaikan. Kadar hormon cinta mulai stabil, dan hubungan akan masuk ke fase yang lebih rasional. Fase ini biasanya diiringi dengan pengenalan karakter yang lebih mendalam dan penerimaan satu sama lain secara lebih realistis.

Baca Juga Artikel : Mobile Legends: Main Bareng Jadi Sayang

Kesimpulan

Jadi, mengapa jatuh cinta bikin deg-degan? Jawabannya bukan sekadar soal hati, tapi soal otak, hormon, dan reaksi biologis tubuh kita. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa cinta adalah kombinasi kompleks antara emosi dan kimia tubuh. Mulai dari dopamin yang membawa euforia, adrenalin yang bikin jantung berdetak kencang, hingga oksitosin yang menumbuhkan ikatan emosional, semuanya bekerja secara sinergis dalam tubuh kita.

Maka tak heran, jatuh cinta bisa membuat seseorang merasa seperti “terbang ke langit” dalam satu detik, lalu gugup tak karuan di detik berikutnya. Karena sesungguhnya, cinta bukan hanya tentang perasaan—itu adalah reaksi biologis yang luar biasa.